Kisah Hijrah Ummu Sabrina [ Part 1]
Kisah Hijrah Ummu Sabrina - Kabar Dunia Islam mempersembahkan sebuah kisah nyata perjalanan muhajir asal Idonesia yang berhijrah menuju Daulah Islam.
Tujuan kami menyusun cerita ini tidak lain untuk memacu ghirah kita, membangkitkan asa kita untuk berhijrah dan berjihad,sesuai apa yg telah menjadi kewajiban kita bersama.
Banyak hal yang bisa menjadi ibrah bagi kita dan semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah perjalanan keluarga ummu sabrina menempuh hidup baru dibawah naungan Daulah Islam Iraq dan Syam.
Perjalanan Hijrah Ummu Sabrina
Lika-liku perjuangan untuk bisa sampai ke bumi syam, persiapan yang sangat terbatas, todongan senjata, tertangkap oleh petugas penjaga perbatasan menjadi bumbu perjuanagan yang tidak akan pernah bisa terlupakan.
Persiapan Hijrah
Berhijrah ke Daulah Islam iraq dan syam adalah sebuah angan dan harapan bagi Anshar Daulah Islam. Sama hal nya dengan ummu sabrina, melepaskan diri dari belenggu Thagut bumi pertiwi dan berhijrah ke Daulah islam yang dibangun oleh mujahidin yang berjalan diatas Al haq, berdiri mengangkat klashinkov bersama pasukan berpanji hitam adalah rencana jangka panjang yang sudah ada di benak keluarga ummu sabrina.
Ummu sabrina yang sedang asik berselancar di dunia maya, dikejutkan oleh sang suami yg berkata kepadanya “bu.... uang nya ayah pakai buat ongkos hijrah yaaa ?? ”
jleeeeeeeeeebbbbbbbbbbb....... serasa samurai katana yang menancap tepat di ulu hati, sebelumnya tidak pernah mereka membicarakan secara detail tentang hal ini, sama seperti para anshar daulah yg lain, yang hanya berangan angan untuk bisa hijrah ke daulah islam iraq dan sham.
Rasa takut ditinggal pergi oleh sosok yag sangat dicintai, bercampur dengan kebingungan, karena pada saat itu uang yang ada hanya sekitar 10 juta. Tidak terbayang yaa ikhwah, bagaimana bisa kita sampai ke suriah hanya dengan uang 10 juta ????
Komplikasi antara perasaan takut ditinggalkan oleh sang suami tercinta dan perasaan kalut, membuat ummu sabrina tidak bisa bercakap apa apa. Seperti menghadapi jalan buntu ditengah malam yang sunyi, ummu sabrina hanya bisa terdiam.
Setelah dua hari berada di jalan buntu ditengah sunyi nya malam, ummu sabrina pun mulai mencari jalan lain, tepatnya Ba’da subuh, ummu sabrina mengajak sang suami untuk berbicara lebih serius. Sang suami menyatakan keinginan nya kepada ummu sabrina untuk Hijrah dan bergabung dengan Mujahidin Daulah islam iraq dan syam. Sang suami berkata “ tanggal 26 maret, ayah harus sudah pergi” sembari terisak isak menangis sang suami pun mencurahkan isi hatinya kepada ummu sabrina “ayah sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, hati ayah terasa sakit kalo masih saja disini” .
Suasana haru pun menyelimuti mereka berdua. Disamping itu,ummu sabrina pun sudah tidak punya Hujjah lagi untuk menahan kepergian sang suami untuk berhijrah dan berjihad.
Secara mengejutkan, ummu sabrina berkata kepada sang suami “ kalo ibu ikut gimana ?? sanggup tidak ayah terima tantangan ibu ???? “ secara mengejutkan,ummu sabrina menantang sang suami untuk pergi bersamanya berhijrah. Kini giliran sang suami yang terkejut dan harus memutar otaknya bagaimana caranya ia membawa ummu sabrina ke bumi syam, bumi yang sedang dilanda perang ....
Sang suami berkata kepada ummu sabrina “ kita tidak punya uang....realistis aja !! kalo mau,nanti ibu nyusul saja, kalo Daulah udah ngasih ongkos.....” sang suami mencoba menghibur ummu sabrina dengan kata kata nya itu.
Ummu sabrina tetap memaksa untuk ikut bersama sang suami, ummu sabrina tidak mau tahu, mau dari mana sang suami menyediakan dana untuk kepergian mereka. selain membebankan masalah dana kepada sang suami, ia pun menyertakan hujjah hujjah nya didepan sang suami yang semakin membuat sang suami berada diposisi tertekan.
“ anak anak mau dibawa juga ??? “ sang suami bertanya kepada ummu sabrina.
Ummu sabrina menjawab “ WAJIB DIBAWA !!!. ia pun berkata “ siapa yang mau menjamin aqidah anak-anak,kalo mereka ditinggal ??? pokoknya ibu tidak mau ikut kalo anak anak tidak dibawa...!! ayah akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat nanti, ibu udah ngingetin Ayah “
posisi sang suami pun semakin tersudut...
Sebenarnya,mereka mempunyai opsi untuk menitipkan putra putri nya ke salah satu pondok pesantren. akan tetapi ummu sabrina tetap saja khwatir putra putrinya terkena virus aqidah yang rusak yang tengah melanda umat dizaman ini.
Sang suami terus berfikir mencari jalan keluar, sampai pada suatu ketika, sang suami berkata kepada ummu sabrina “ yaaa... Ayah siap menjawab tantangan ibu,insya Allah kita berangkat hijrah sekeluarga “ . Renacananya mereka akan berangkat sesuai waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Ummu shabrina pun mulai mengumpulkan dokumen dokumen yang dibutuhkan. Waktu mereka hanya tersisa satu bulan, sementara itu sang putra bungsu yang masih berumur belasan bulan belum memiliki Akta kelahiran, bagaimana bisa membuat pasport bila tidak memiliki Akta ??? sang bungsu pun terancam gagal berangkat. Begitu pula dengan putra ummu shabrina yang lain, mereka belum memiliki passport untuk keberangkatan mereka. Ummu shabrina pun harus berusaha keras untuk melengkapi kekurangan kekurangan tersebut
Sementara itu sang suami harus berusaha memenuhi kekurangan biaya transport . Segala upaya pun dilakukan. Untuk memenuhi kekurangan biaya transport, ia menjual sebuah mobil tua charade 95 , ia pun harus rela menjual TV dan mesin cuci dengan harga murah demi mencukupi kurangnya biaya yang dibutuhkan selama hijrah. Ditambah gaji bulanan terakhir dan uang pesangon, akan tetapi itupun belum bisa menutup biaya yg dibutuhkan.
Alhamdulillah sang suami mendapat dana jamsostek dari perusahaan tempat ia kerja . Walaupun begitu, Dana yang sudah berhasil dikumpulkan belum juga mencukupi untuk bisa menginjakan kaki di tanah suriah ,diperkirakan dana yang sudah terkumpul itu hanya cukup untuk biaya perjalanan sampai turki saja. Tapi Alhamdulillah dengan usaha yang maksimal, Sang suami sudah bisa memenuhi biaya untuk perjalanan mereka.
***
Muncul masalah baru, passport si bungsu tidak bisa dibuat karena si bungsu tidak memiliki akta kelahiran. Ummu shabrina berusaha kesana kemari untuk membuat akte kelahiran si bungsu. ummu shabrina pun mencoba menghubungi kerabat, berharap mendapat solusi nya. Akhirnya ummu shabrina pun mencoba menggunakan jasa “tembak” akta kelahiran. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat akta “tembakan” sekitar 3 minggu. Sedangkan deadline keberangkatan tinggal belasan hari. Akhirnya ummu shabrina mengusahakan untuk membuat akta yang resmi. Ia harus mondar mandir Jakarta-bogor untuk membuat akta kelahiran si bungsu.
Sehari serasa setahun, menunggu akta kelahiran yang tak kunjung usai, ditambah ketidak jelasan kapan akta tersebut terselesaikan, sedangkan barang barang rumah tangga sudah terjual dan mobil pun sudah terjual, membuat ummu shabrina pun panik galau, sampai pada suatu saat ketika sedang berhadapan dengan laptopnya, ia teringat betapa beratnya ujian yang harus dihadapi, ia pun menangis, tidak kuat menahan getir nya ujian yang harus ia hadapi.
Ketika ummu shabrina sedang bercucuran air mata menahan pilunya hati. sang suami yang sedang menghitung uang hasil penjualan mobil, berkata kepada ummu shabrina “pokoknya ayah tidak mau tahu, urusan akte mah itu bagian ibu, selesai atau tidak selesai, ayah harus berangkat “ , Ibarat luka yang disiram dengan air garam, ummu shabrina semakin terisak menahan perih. Ia pun mengadu kepada Allah :
"Ya Allah... hamba bingung, tanpa hamba sebutkan pun Engkau sudah tau apa yg ingin hamba katakan... hamba mau hijrah, hamba mau tetap bersama suami hamba, hamba tidak rela jika dia harus pergi sendiri....ketika maut menghampiri suami hamba, hamba harus berada disampingnya...hamba harus melihat bukti kebesaran-Mu yang insha Allah atas kehendak-Mu akan suami hamba dapatkan"
"Ya Allah... hamba harus menunaikan janji hamba pada-Mu untuk mencari jihad untuk suami. Setelah semua ada di depan mata dan semua harta hamba sudah ludes dijual, apakah semua itu belum cukup untuk hamba mendapatkan kemudahan dari-Mu?"
"Apalagi yang Engkau minta dari hamba?"
"Apakah karena masalah akte yang sepele harus menggagalkan niat suci ini? Saya hanya mengharapkan ridho atas semua yang akan kami amalkan. Jika ada yang tertinggal, berilah hamba petunjuk. Akan hamba berikan semuanya. Hamba rela kehilangan semuanya asal hamba bisa pergi hijrah sekeluarga...."
Apakah yang terjadi selanjutnya ??
Apakah do'a ummu shabrina dikabulkan oleh Alloh subhanahu wa'atalala?
Alhamdulillah...
Sang Maha Pemurah, mengabulkan do’a Ummu Sabrina...
Dia lah Allah yang Maha Pemurah, Maha Kuasa dan berkehendak, hanya kepada-Nya lah kita mengadu dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan.
Singkat cerita, passport sudah tidak lagi menjadi masalah, biaya perjalanan pun sudah matang dipersiapkan.
Pada hari keberangkatan, tepatnya ketika mereka sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta, penampilan Ummu Sabrina pun berubah lebih “moderat”. Sang suami tidak perlu banyak merubah penampilan nya, hanya pakaiannya saja terlihat lebih modis.
Sesuai jadwal waktu keberangkatan pesawat, ummu sabrina beserta keluarga kecilnya terbang meninggalkan Indonesia untuk selama lama nya. Tidak terbersit sedikitpun dalam pikirannya untuk kembali lagi menjalani hidup di tanah air Indonesia, Negeri yang berada dalam naungan hukum syirik buatan manusia.
GOOD BYE ALL !!!
Tujuan kami menyusun cerita ini tidak lain untuk memacu ghirah kita, membangkitkan asa kita untuk berhijrah dan berjihad,sesuai apa yg telah menjadi kewajiban kita bersama.
Banyak hal yang bisa menjadi ibrah bagi kita dan semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah perjalanan keluarga ummu sabrina menempuh hidup baru dibawah naungan Daulah Islam Iraq dan Syam.
Perjalanan Hijrah Ummu Sabrina
Lika-liku perjuangan untuk bisa sampai ke bumi syam, persiapan yang sangat terbatas, todongan senjata, tertangkap oleh petugas penjaga perbatasan menjadi bumbu perjuanagan yang tidak akan pernah bisa terlupakan.
Persiapan Hijrah
Berhijrah ke Daulah Islam iraq dan syam adalah sebuah angan dan harapan bagi Anshar Daulah Islam. Sama hal nya dengan ummu sabrina, melepaskan diri dari belenggu Thagut bumi pertiwi dan berhijrah ke Daulah islam yang dibangun oleh mujahidin yang berjalan diatas Al haq, berdiri mengangkat klashinkov bersama pasukan berpanji hitam adalah rencana jangka panjang yang sudah ada di benak keluarga ummu sabrina.
Ummu sabrina yang sedang asik berselancar di dunia maya, dikejutkan oleh sang suami yg berkata kepadanya “bu.... uang nya ayah pakai buat ongkos hijrah yaaa ?? ”
jleeeeeeeeeebbbbbbbbbbb....... serasa samurai katana yang menancap tepat di ulu hati, sebelumnya tidak pernah mereka membicarakan secara detail tentang hal ini, sama seperti para anshar daulah yg lain, yang hanya berangan angan untuk bisa hijrah ke daulah islam iraq dan sham.
Rasa takut ditinggal pergi oleh sosok yag sangat dicintai, bercampur dengan kebingungan, karena pada saat itu uang yang ada hanya sekitar 10 juta. Tidak terbayang yaa ikhwah, bagaimana bisa kita sampai ke suriah hanya dengan uang 10 juta ????
Komplikasi antara perasaan takut ditinggalkan oleh sang suami tercinta dan perasaan kalut, membuat ummu sabrina tidak bisa bercakap apa apa. Seperti menghadapi jalan buntu ditengah malam yang sunyi, ummu sabrina hanya bisa terdiam.
Setelah dua hari berada di jalan buntu ditengah sunyi nya malam, ummu sabrina pun mulai mencari jalan lain, tepatnya Ba’da subuh, ummu sabrina mengajak sang suami untuk berbicara lebih serius. Sang suami menyatakan keinginan nya kepada ummu sabrina untuk Hijrah dan bergabung dengan Mujahidin Daulah islam iraq dan syam. Sang suami berkata “ tanggal 26 maret, ayah harus sudah pergi” sembari terisak isak menangis sang suami pun mencurahkan isi hatinya kepada ummu sabrina “ayah sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, hati ayah terasa sakit kalo masih saja disini” .
Suasana haru pun menyelimuti mereka berdua. Disamping itu,ummu sabrina pun sudah tidak punya Hujjah lagi untuk menahan kepergian sang suami untuk berhijrah dan berjihad.
Secara mengejutkan, ummu sabrina berkata kepada sang suami “ kalo ibu ikut gimana ?? sanggup tidak ayah terima tantangan ibu ???? “ secara mengejutkan,ummu sabrina menantang sang suami untuk pergi bersamanya berhijrah. Kini giliran sang suami yang terkejut dan harus memutar otaknya bagaimana caranya ia membawa ummu sabrina ke bumi syam, bumi yang sedang dilanda perang ....
Sang suami berkata kepada ummu sabrina “ kita tidak punya uang....realistis aja !! kalo mau,nanti ibu nyusul saja, kalo Daulah udah ngasih ongkos.....” sang suami mencoba menghibur ummu sabrina dengan kata kata nya itu.
Ummu sabrina tetap memaksa untuk ikut bersama sang suami, ummu sabrina tidak mau tahu, mau dari mana sang suami menyediakan dana untuk kepergian mereka. selain membebankan masalah dana kepada sang suami, ia pun menyertakan hujjah hujjah nya didepan sang suami yang semakin membuat sang suami berada diposisi tertekan.
“ anak anak mau dibawa juga ??? “ sang suami bertanya kepada ummu sabrina.
Ummu sabrina menjawab “ WAJIB DIBAWA !!!. ia pun berkata “ siapa yang mau menjamin aqidah anak-anak,kalo mereka ditinggal ??? pokoknya ibu tidak mau ikut kalo anak anak tidak dibawa...!! ayah akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat nanti, ibu udah ngingetin Ayah “
posisi sang suami pun semakin tersudut...
Sebenarnya,mereka mempunyai opsi untuk menitipkan putra putri nya ke salah satu pondok pesantren. akan tetapi ummu sabrina tetap saja khwatir putra putrinya terkena virus aqidah yang rusak yang tengah melanda umat dizaman ini.
Sang suami terus berfikir mencari jalan keluar, sampai pada suatu ketika, sang suami berkata kepada ummu sabrina “ yaaa... Ayah siap menjawab tantangan ibu,insya Allah kita berangkat hijrah sekeluarga “ . Renacananya mereka akan berangkat sesuai waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Ummu shabrina pun mulai mengumpulkan dokumen dokumen yang dibutuhkan. Waktu mereka hanya tersisa satu bulan, sementara itu sang putra bungsu yang masih berumur belasan bulan belum memiliki Akta kelahiran, bagaimana bisa membuat pasport bila tidak memiliki Akta ??? sang bungsu pun terancam gagal berangkat. Begitu pula dengan putra ummu shabrina yang lain, mereka belum memiliki passport untuk keberangkatan mereka. Ummu shabrina pun harus berusaha keras untuk melengkapi kekurangan kekurangan tersebut
Sementara itu sang suami harus berusaha memenuhi kekurangan biaya transport . Segala upaya pun dilakukan. Untuk memenuhi kekurangan biaya transport, ia menjual sebuah mobil tua charade 95 , ia pun harus rela menjual TV dan mesin cuci dengan harga murah demi mencukupi kurangnya biaya yang dibutuhkan selama hijrah. Ditambah gaji bulanan terakhir dan uang pesangon, akan tetapi itupun belum bisa menutup biaya yg dibutuhkan.
Alhamdulillah sang suami mendapat dana jamsostek dari perusahaan tempat ia kerja . Walaupun begitu, Dana yang sudah berhasil dikumpulkan belum juga mencukupi untuk bisa menginjakan kaki di tanah suriah ,diperkirakan dana yang sudah terkumpul itu hanya cukup untuk biaya perjalanan sampai turki saja. Tapi Alhamdulillah dengan usaha yang maksimal, Sang suami sudah bisa memenuhi biaya untuk perjalanan mereka.
***
Muncul masalah baru, passport si bungsu tidak bisa dibuat karena si bungsu tidak memiliki akta kelahiran. Ummu shabrina berusaha kesana kemari untuk membuat akte kelahiran si bungsu. ummu shabrina pun mencoba menghubungi kerabat, berharap mendapat solusi nya. Akhirnya ummu shabrina pun mencoba menggunakan jasa “tembak” akta kelahiran. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat akta “tembakan” sekitar 3 minggu. Sedangkan deadline keberangkatan tinggal belasan hari. Akhirnya ummu shabrina mengusahakan untuk membuat akta yang resmi. Ia harus mondar mandir Jakarta-bogor untuk membuat akta kelahiran si bungsu.
Sehari serasa setahun, menunggu akta kelahiran yang tak kunjung usai, ditambah ketidak jelasan kapan akta tersebut terselesaikan, sedangkan barang barang rumah tangga sudah terjual dan mobil pun sudah terjual, membuat ummu shabrina pun panik galau, sampai pada suatu saat ketika sedang berhadapan dengan laptopnya, ia teringat betapa beratnya ujian yang harus dihadapi, ia pun menangis, tidak kuat menahan getir nya ujian yang harus ia hadapi.
Ketika ummu shabrina sedang bercucuran air mata menahan pilunya hati. sang suami yang sedang menghitung uang hasil penjualan mobil, berkata kepada ummu shabrina “pokoknya ayah tidak mau tahu, urusan akte mah itu bagian ibu, selesai atau tidak selesai, ayah harus berangkat “ , Ibarat luka yang disiram dengan air garam, ummu shabrina semakin terisak menahan perih. Ia pun mengadu kepada Allah :
"Ya Allah... hamba bingung, tanpa hamba sebutkan pun Engkau sudah tau apa yg ingin hamba katakan... hamba mau hijrah, hamba mau tetap bersama suami hamba, hamba tidak rela jika dia harus pergi sendiri....ketika maut menghampiri suami hamba, hamba harus berada disampingnya...hamba harus melihat bukti kebesaran-Mu yang insha Allah atas kehendak-Mu akan suami hamba dapatkan"
"Ya Allah... hamba harus menunaikan janji hamba pada-Mu untuk mencari jihad untuk suami. Setelah semua ada di depan mata dan semua harta hamba sudah ludes dijual, apakah semua itu belum cukup untuk hamba mendapatkan kemudahan dari-Mu?"
"Apalagi yang Engkau minta dari hamba?"
"Apakah karena masalah akte yang sepele harus menggagalkan niat suci ini? Saya hanya mengharapkan ridho atas semua yang akan kami amalkan. Jika ada yang tertinggal, berilah hamba petunjuk. Akan hamba berikan semuanya. Hamba rela kehilangan semuanya asal hamba bisa pergi hijrah sekeluarga...."
Apakah yang terjadi selanjutnya ??
Apakah do'a ummu shabrina dikabulkan oleh Alloh subhanahu wa'atalala?
Alhamdulillah...
Sang Maha Pemurah, mengabulkan do’a Ummu Sabrina...
Dia lah Allah yang Maha Pemurah, Maha Kuasa dan berkehendak, hanya kepada-Nya lah kita mengadu dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan.
Singkat cerita, passport sudah tidak lagi menjadi masalah, biaya perjalanan pun sudah matang dipersiapkan.
Pada hari keberangkatan, tepatnya ketika mereka sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta, penampilan Ummu Sabrina pun berubah lebih “moderat”. Sang suami tidak perlu banyak merubah penampilan nya, hanya pakaiannya saja terlihat lebih modis.
Sesuai jadwal waktu keberangkatan pesawat, ummu sabrina beserta keluarga kecilnya terbang meninggalkan Indonesia untuk selama lama nya. Tidak terbersit sedikitpun dalam pikirannya untuk kembali lagi menjalani hidup di tanah air Indonesia, Negeri yang berada dalam naungan hukum syirik buatan manusia.
GOOD BYE ALL !!!
0 Response to "Kisah Hijrah Ummu Sabrina [ Part 1]"
Posting Komentar